Hendak gugur, gugurlah nangka,
Jangan ditimpa si batang pauh;
Hendak tidur, tidurlah mata,
Jangan dikenang orang yang jauh.
Tanjung katong airnya biru,
Tempat mandi nak dara jelita;
Sama sekampung lagikan dirindu,
Inikan pula jauh di mata.
Buah pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Biar jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
Api-api di laut tanjung,
Kapal Yamtuan dari Singgora;
Rindu dendam lama kutanggung,
Sehingga badan jadi sengsara.
Gunung tinggi terendak Cina,
Nampak dari pulau seribu;
Tuan pergi janganlah lama,
Tidak kuasa menanggung rindu.
Buah kuini buah nona,
Buah inti dalam perahu;
Saya di sini tuan di sana,
Hati di dalam siapa tahu.
Satu paya dua perigi,
Seekor bujuk menganak ruan;
Tuan di sana saya di sini,
Bagai pungguk rindukan bulan.
Kain hitam ada namanya,
Merah merang lautan kidul;
Kalau rindu sebut namanya,
Jangan menangis di tempat tidur.
Tinggi lampai pohon beringin,
Beringin ada di depan kota;
Hendak berpesan pada angin,
Angin tidak pandai berkata.
Jangan ditimpa si batang pauh;
Hendak tidur, tidurlah mata,
Jangan dikenang orang yang jauh.
Tanjung katong airnya biru,
Tempat mandi nak dara jelita;
Sama sekampung lagikan dirindu,
Inikan pula jauh di mata.
Buah pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Biar jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
Api-api di laut tanjung,
Kapal Yamtuan dari Singgora;
Rindu dendam lama kutanggung,
Sehingga badan jadi sengsara.
Gunung tinggi terendak Cina,
Nampak dari pulau seribu;
Tuan pergi janganlah lama,
Tidak kuasa menanggung rindu.
Buah kuini buah nona,
Buah inti dalam perahu;
Saya di sini tuan di sana,
Hati di dalam siapa tahu.
Satu paya dua perigi,
Seekor bujuk menganak ruan;
Tuan di sana saya di sini,
Bagai pungguk rindukan bulan.
Kain hitam ada namanya,
Merah merang lautan kidul;
Kalau rindu sebut namanya,
Jangan menangis di tempat tidur.
Tinggi lampai pohon beringin,
Beringin ada di depan kota;
Hendak berpesan pada angin,
Angin tidak pandai berkata.