Lehernya bagai buyung petani,
Pipinya bagai pauh dilayang,
Hidungnya mancung bagai seludang,
Matanya bagai bintang pagi.
Jarinya bagai anak serai,
Betisnya bagai bunting padi,
Tumitnya bagai telur dikupas,
Keningnya bagai semut berbaris.
Dadanya bidang,
Pinggangnya Ramping,
Rambutnya ikal mayang,
Bibirnya delima merekah.
Telinganya bagai telipuk layu,
Dahinya bagai sehari bulan,
Lengan seperti baur panah,
Ibu kaki bungkal setahil,
Pinggang secekak jari manis.
Di betis tajam belat,
Di pinggang perak berlapis,
Di dada bintang menabur,
Di rusuk siku keluang,
Di belakang lentik padi,
Di lengan semut beriring,
Di tengkuk puyuh berlaga,
Di dagu kumbang berteduh,
Di dahi panau meninjau.
Sebiji panau yang elok,
Tumbuh di lesung, lesung pipit,
Imbar-imbaran dibawa tertawa,
Nama panau celak Nabi Adam.
Pipinya bagai pauh dilayang,
Hidungnya mancung bagai seludang,
Matanya bagai bintang pagi.
Jarinya bagai anak serai,
Betisnya bagai bunting padi,
Tumitnya bagai telur dikupas,
Keningnya bagai semut berbaris.
Dadanya bidang,
Pinggangnya Ramping,
Rambutnya ikal mayang,
Bibirnya delima merekah.
Telinganya bagai telipuk layu,
Dahinya bagai sehari bulan,
Lengan seperti baur panah,
Ibu kaki bungkal setahil,
Pinggang secekak jari manis.
Di betis tajam belat,
Di pinggang perak berlapis,
Di dada bintang menabur,
Di rusuk siku keluang,
Di belakang lentik padi,
Di lengan semut beriring,
Di tengkuk puyuh berlaga,
Di dagu kumbang berteduh,
Di dahi panau meninjau.
Sebiji panau yang elok,
Tumbuh di lesung, lesung pipit,
Imbar-imbaran dibawa tertawa,
Nama panau celak Nabi Adam.